spot_img

Cinta yang Terkubur Dalam Diam | Part 2

Hati yang Terbelah

Suasana rumah mewah itu malam-malam terasa dingin. Lampu kristal di ruang tamu berkilau, tapi tidak mampu menghangatkan hati Dwi. Ia duduk di sofa besar, memeluk bantal, sementara Gofur berjalan mondar-mandir dengan wajah penuh tanda tanya.

Gofur: (suara datar, penuh tekanan) “Aku ingin tanya sesuatu, Wi. Jawab dengan jujur.”
Dwi: (menatapnya gugup) “Apa, Mas?”
Gofur: (menunduk, lalu menatap tajam) “Akhir-akhir ini kamu sering melamun. Tatapanmu kosong. Dan aku tahu kamu berbohong kemarin. Kamu tidak hanya di taman.”

Dwi tersentak. Tangannya gemetar.

Dwi: (terbata) “Maksud Mas?”
Gofur: (menyipitkan mata) “Jangan main-main. Aku tahu ada seseorang yang kembali muncul dalam hidupmu.”
Dwi: (menunduk, berusaha menahan air mata) “Aku… aku tidak mengerti apa yang Mas bicarakan.”
Gofur: (suara meninggi) “Raka, kan?”

Nama itu meluncur begitu saja dari bibir Gofur, membuat dada Dwi seperti diremas.

Dwi: (tercengang, suaranya bergetar) “Mas…”
Gofur: (mendekat, menatap penuh amarah) “Jangan pura-pura. Aku lihat cara kamu gugup setiap aku menyebut namanya. Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan.”
Dwi: (menangis, mencoba bertahan) “Tidak, Mas… aku tidak melakukan apa-apa yang melanggar janji pernikahan kita.”
Gofur: (dingin, penuh kecurigaan) “Tapi hatimu, Wi. Hatimu jelas bukan lagi untukku.”

Baca Juga  Cinta yang Terkubur Dalam Diam

Dwi terisak. Ia ingin menyangkal, tapi bibirnya terkunci.


Keesokan harinya, Dwi pergi ke rumah Mama. Ia berusaha menenangkan diri, tapi tanpa sengaja bertemu lagi dengan Raka di jalan. Pertemuan itu seolah takdir.

Raka: (menahan napas, menatapnya dalam) “Dwi… apa kamu baik-baik saja?”
Dwi: (gugup, melirik sekitar) “Kenapa kamu selalu muncul di saat aku mencoba melupakanmu?”
Raka: (lirih) “Karena hatiku menolak melupakanmu. Dan aku tahu, hatimu juga begitu.”
Dwi: (bergetar, air mata jatuh) “Jangan bilang begitu, Raka… aku sudah menikah.”
Raka: (lebih dekat, suaranya tegas) “Pernikahanmu mungkin mengikat tubuhmu, Wi. Tapi aku tahu hatimu masih milikku.”

Dwi menutup wajah dengan kedua tangannya, menangis. Raka menahan diri untuk tidak memeluknya.

Raka: (pelan) “Kalau memang aku salah, tolong katakan. Katakan di depan mataku kalau kamu benar-benar sudah tidak mencintaiku.”

Dwi terdiam. Hening. Suara tangisnya jadi jawaban yang tak terucapkan.


Malam itu, di kamar mewah mereka, Gofur mendekati Dwi yang duduk di tepi ranjang.

Baca Juga  Cinta yang Terkubur Dalam Diam

Gofur: (tegas) “Aku tidak tahan lagi, Wi. Katakan sejujurnya. Apa masih ada dia di hatimu?”
Dwi: (menangis, menunduk) “Mas… aku mencoba setia. Aku berusaha melupakan. Tapi luka itu… terlalu dalam.”
Gofur: (mengeras, matanya merah) “Jadi benar? Kamu masih mencintainya?”
Dwi: (terisak, suara pelan) “Hati ini… tidak bisa aku atur, Mas.”

Gofur terdiam lama, wajahnya penuh luka dan kemarahan.

Gofur: (suara rendah, hampir berbisik) “Kamu istriku, Dwi. Dan aku tidak akan pernah melepaskanmu. Tidak peduli siapa pun yang kamu pikirkan.”
Dwi: (lirih, hancur) “Tapi hati ini sudah terbelah, Mas… aku tidak utuh lagi.”

Hening panjang. Yang terdengar hanya suara jam berdetak di kamar besar itu.

Dwi menutup mata, air mata terus mengalir. Ia tahu apa pun pilihannya, ia tetap akan menyakiti seseorang, Gofur, Raka, atau dirinya sendiri.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, Dwi benar-benar merasa terbelah. Setengah jiwanya ingin bertahan demi janji, setengah lainnya meronta untuk cinta yang terkubur.

BangKop
BangKophttps://tasikhost.com
Sukses itu bonus, menuju kesuksesan itu baru pilihan. Jangan menunda kesempatan yang datang, sebelum didahului orang lain

Komentar

spot_imgspot_imgspot_img

Lainnya

spot_img

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Mungkin Tertarik

spot_img