spot_img

Cinta yang Terkubur Dalam Diam | Part 2

Rahasia yang Terbongkar

Malam itu, rumah besar mereka kembali sunyi. Dwi berbaring di ranjang megah berlapis satin, namun matanya menatap kosong ke langit-langit. Pertemuan siang tadi dengan Raka masih menghantui pikirannya. Kata-kata pria itu seakan terpatri di telinganya.

Pintu kamar terbuka. Gofur masuk, langkahnya mantap. Ia melepaskan jas, menggantungkan di lemari, lalu duduk di tepi ranjang.

Gofur: (tenang, tapi matanya tajam) “Wi, aku mau tanya.”
Dwi: (menoleh cepat, gugup) “Tanya apa, Mas?”
Gofur: “Hari ini… kamu benar-benar hanya bertemu Ratna?”
Dwi: (menelan ludah, tersenyum tipis) “Iya, Mas. Hanya Ratna.”
Gofur: (menatapnya lekat) “Kamu yakin?”
Dwi: (berusaha tegar) “Aku tidak pernah bohong padamu.”

Hening. Gofur menatapnya lebih lama dari biasanya. Ada sesuatu di sorot matanya yang membuat dada Dwi sesak, seperti sedang dipelototi sampai ke dasar hati.

Gofur: “Aku dengar kabar lain.”
Dwi: (tersentak) “Kabar… apa maksud Mas?”
Gofur: (suara rendah, penuh tekanan) “Kebetulan ada kolega yang juga makan siang di restoran itu. Mereka bilang… kamu terlihat bersama seorang pria.”

Jantung Dwi berdegup kencang. Ia merasakan tubuhnya dingin.

Dwi: (cepat-cepat) “Itu salah paham, Mas. Aku”
Gofur: (memotong, nada tajam) “Siapa dia?”

Sunyi. Dwi menunduk, bibirnya bergetar. Ia tak bisa mengeluarkan kata.

Gofur: (mengeras, menahan amarah) “Aku tanya sekali lagi, siapa pria itu?”
Dwi: (suara lirih, nyaris berbisik) “Teman lama… hanya kebetulan bertemu.”
Gofur: (menyipitkan mata, suaranya dingin) “Namanya?”

Baca Juga  Cinta yang Terkubur Dalam Diam

Dwi terdiam. Hatinya gemetar. Nama itu terkurung di tenggorokan, tak berani keluar.

Dwi: “Mas, percayalah… itu hanya kebetulan. Tidak ada yang perlu Mas khawatirkan.”
Gofur: (tertawa kecil, sarkastis) “Kebetulan? Dunia ini terlalu luas untuk kebetulan yang seperti itu, Wi.”


Keesokan paginya, Gofur berangkat lebih awal. Dwi mengira ia pergi kerja seperti biasa. Namun kenyataannya, Gofur tidak langsung ke kantor. Ia kembali ke restoran tempat Dwi makan siang kemarin.

Ia bertanya pada salah satu pelayan dengan nada dingin namun sopan. Foto Dwi ia tunjukkan, lalu bertanya siapa yang bersamanya kemarin. Pelayan, tanpa curiga, menjawab jujur: seorang pria bernama Raka, pengusaha yang cukup dikenal.

Nama itu menancap di kepala Gofur.


Malam harinya, Gofur pulang dengan wajah lebih dingin dari biasanya. Dwi menyambutnya dengan hati-hati.

Dwi: “Mas… sudah makan?”
Gofur: (singkat) “Sudah.”

Ia berjalan ke ruang kerja tanpa banyak bicara. Dwi mengikutinya, merasa ada yang tak beres.

Dwi: (pelan) “Mas, ada apa? Kenapa sikapmu berbeda?”
Gofur: (membalikkan badan, menatap tajam) “Aku sudah tahu namanya.”
Dwi: (terkejut, tubuh kaku) “Na… nama siapa?”
Gofur: “Pria yang kemarin bersamamu. Raka, bukan?”

Dwi menutup mulut dengan tangan. Wajahnya pucat.

Baca Juga  Cinta yang Terkubur Dalam Diam

Dwi: (berusaha tenang) “Mas… aku bisa jelaskan.”
Gofur: (mendekat, suaranya rendah tapi menusuk) “Jelaskan? Apa yang harus dijelaskan dari seorang istri yang diam-diam bertemu pria lain?”
Dwi: (meneteskan air mata) “Itu kebetulan, Mas. Aku tidak merencanakannya. Dia hanya muncul tiba-tiba.”
Gofur: (menahan emosi, mengepalkan tangan) “Kamu pikir aku akan percaya begitu saja?”


Hening. Dwi menangis tertahan, sementara Gofur menatapnya penuh kecurigaan.

Dwi: “Mas, aku tidak ada apa-apa dengan dia. Tolong percaya…”
Gofur: (dingin) “Kenapa kamu tidak langsung cerita? Kalau memang tidak ada apa-apa, kenapa harus disembunyikan?”
Dwi: (terisak) “Aku takut, Mas. Takut kamu salah paham. Takut kamu marah seperti sekarang.”

Gofur menunduk, menarik napas panjang. Tapi sorot matanya tak melunak sedikit pun.

Gofur: “Kamu masih mencintainya, ya?”
Dwi: (terkejut, suara tercekat) “Tidak… aku tidak…”
Gofur: (memotong, suara keras) “Jawab yang jujur, Dwi! Kamu masih mencintai dia?”

Air mata mengalir deras di pipi Dwi. Ia ingin berteriak ya, ingin jujur pada dirinya sendiri. Tapi bibirnya kelu.

Dwi: (lirih, nyaris tak terdengar) “Aku sudah menikah denganmu, Mas. Itu saja yang penting.”
Gofur: (menggeleng, tertawa getir) “Jawaban yang tidak menjawab apa pun.”


Beberapa hari setelah itu, Gofur semakin dingin. Ia tetap memenuhi kewajiban sebagai suami—menyediakan rumah, makanan, pakaian mewah, tapi hatinya menjauh. Dwi merasa terkurung di rumah megah itu, bagai burung di sangkar emas.

Baca Juga  Cinta yang Terkubur Dalam Diam

Suatu malam, saat Dwi baru selesai mandi, ia mendapati Gofur duduk di ruang kerja dengan laptop terbuka. Di layar, terpampang artikel tentang Raka, profil pengusaha muda sukses, foto-fotonya saat menghadiri acara bisnis.

Dwi: (suara gemetar) “Mas… apa yang kamu lakukan?”
Gofur: (tanpa menoleh) “Mencari tahu siapa orang yang membuat istriku gelisah.”
Dwi: (mendekat, mencoba menahan tangannya) “Tolong hentikan, Mas. Aku mohon…”
Gofur: (membalikkan badan, menatap tajam) “Semakin kamu melarang, semakin aku yakin ada sesuatu di antara kalian.”

Dwi terisak. Ia merasa semakin terpojok.

Dwi: “Tidak ada apa-apa… aku bersumpah.”
Gofur: (mendekat, suaranya bergetar menahan amarah) “Kalau benar tidak ada apa-apa, buktikan. Putus semua kontak dengan dia. Jangan pernah ketemu lagi.”
Dwi: (menangis, terjebak) “Mas…”
Gofur: (dingin) “Kalau tidak, aku sendiri yang akan memastikan dia tidak pernah dekat denganmu lagi.”


Malam itu, Dwi menangis sendirian di kamar. Ia menatap wajahnya di cermin, wajah cantik dengan senyum palsu yang makin hancur. Di balik senyum itu, rahasia cintanya sudah nyaris terbongkar.

Dan untuk pertama kalinya, Dwi mulai merasa takut. Bukan hanya pada Gofur… tapi pada dirinya sendiri. Karena hatinya ternyata masih berdetak untuk Raka.

BangKop
BangKophttps://tasikhost.com
Sukses itu bonus, menuju kesuksesan itu baru pilihan. Jangan menunda kesempatan yang datang, sebelum didahului orang lain

Komentar

spot_imgspot_imgspot_img

Lainnya

spot_img

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Mungkin Tertarik

spot_img