Cinta yang Terkubur Dalam Diam

Hati yang Tersembunyi

Hari-hari setelah pertemuannya dengan Gofur berjalan lambat, tapi juga menekan. Di tempat kerja, Dwi tetap melakukan rutinitas seperti biasa: datang pagi, mengerjakan tugas, lalu pulang ke mes saat senja tiba. Dari luar, ia terlihat normal. Namun, di dalam hatinya, badai kecil terus bergemuruh.

Setiap kali ia ingat tatapan ramah Gofur, rasa bersalah menyergap. Laki-laki itu sama sekali tidak salah. Ia baik, sopan, bahkan terlihat tulus. Tapi justru itulah yang membuat Dwi semakin merasa terjebak. Bagaimana mungkin ia bisa menerima seseorang yang tidak pernah menjadi pilihan hatinya?

Malam itu, saat tubuhnya terasa lelah, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Tika, adik perempuannya.

- Advertisement -

“Kak, gimana kemarin? Ketemu sama orang yang Mama maksud, ya?”

Dwi menatap layar ponselnya lama sekali. Hatinya ragu. Ia ingin mengatakan yang sebenarnya, ingin bercerita bahwa ia tidak pernah bisa membuka hati untuk Gofur. Tapi jari-jarinya hanya mengetik:

“Iya, ketemu. Orangnya baik.”

Balasan cepat datang.
“Terus, Kakak suka?”

Pertanyaan itu membuat dada Dwi sesak. Ia menatap layar kosong cukup lama sebelum akhirnya mengetik:
“Aku nggak tahu, Tik.”

Di seberang sana, Tika rupanya menangkap sesuatu. Adiknya itu memang sejak dulu peka terhadap perasaan Dwi. Tak heran jika balasannya langsung menusuk hati:
“Atau sebenarnya Kakak sudah suka sama orang lain?”

Dwi terdiam. Jantungnya berdegup kencang. Matanya berkaca-kaca, seolah pertanyaan sederhana itu membuka kunci yang selama ini ia jaga rapat. Namun, ia tetap tidak berani mengaku. Tangannya gemetar saat membalas pesan:

“Nggak kok. Kakak cuma belum siap.”

Tika tidak membalas lagi. Percakapan berhenti di sana, namun hati Dwi semakin kacau. Ia tahu adiknya tidak sepenuhnya percaya.

Malam itu, ia tidak bisa tidur. Ia duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah jendela. Lampu jalan dari luar menembus tirai tipis kamarnya. Tangannya memeluk lutut, dan pikirannya kembali pada satu nama—nama yang selalu ia simpan, nama yang tidak boleh diketahui siapa pun.

Dalam keheningan itu, Dwi bergumam lirih, seolah berbicara dengan dirinya sendiri.
“Kalau aku cerita, mereka pasti nggak akan setuju. Bahkan mungkin mereka nggak akan mengerti.”

Air matanya jatuh, satu per satu. Ia tahu, perasaan itu adalah rahasia yang hanya akan ia bawa dalam hati. Rahasia yang bahkan Tika, adiknya yang paling dekat, tidak akan pernah benar-benar tahu.

Beberapa hari kemudian, Tante Tina menelpon. Suaranya riang, tapi pembicaraannya kembali ke hal yang sama.
“Wi, Tante ketemu lagi sama Gofur kemarin. Dia nanyain kamu. Kayaknya dia serius, lho. Jangan disia-siain ya, Wi.”

Dwi hanya menjawab dengan gumaman singkat. Setelah telepon ditutup, ia merasa seperti tercekik. Semua orang begitu yakin bahwa Gofur adalah jawabannya, sementara hatinya berteriak menolak.

Di mes, ia kembali menutup diri. Teman-teman kerjanya sudah mulai menyadari bahwa Dwi semakin pendiam. Ada yang mencoba bercanda, tapi ia hanya membalas dengan senyum tipis.

Di dalam kesepiannya, hanya satu hal yang pasti: cintanya ada pada orang lain. Seseorang yang tidak akan pernah bisa ia miliki.

Jakarta tetap ramai, tapi di hati Dwi, ada rahasia yang terus berdenyut, menolak padam.

BangKop
BangKophttps://tasikhost.com
Sukses itu bonus, menuju kesuksesan itu baru pilihan. Jangan menunda kesempatan yang datang, sebelum didahului orang lain

Komentar

Lainnya

spot_img

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Mungkin Tertarik

spot_img